Untung
saja hari ini weekend jadi aku hanya
perlu menyibukan diriku, tanpa harus melamun memandang keluar jendela sekolah
dan kesepian. Rencananya hari ini aku akan pergi bersepeda –bersama Evelyn,
mengelilingi kota. Evelyn dengan suka rela meminjamkan sepedahnya kepadaku dan
menjadi tourguideku –walaupun aku
masih hapal seluk beluk kota ini.
“Aku
belum melihat kakakmu pagi ini.” Ucap Evelyn tiba-tiba, ketika kami sedang
beristirahat disebuah taman.
“Dia
pergi.” Kataku.
“Pergi
kemana?.” Tanyanya kaget, kenapa Evelyn
apa dia suka William?, batinku.
“Dia
pergi ke Texas.” Evelyn melihatku penasaran, “Ada urusan penting yang harus
diselesaikan.” Sambungku.
“Kenapa
kau tak ikut?.”
“Itu
bukan urusanku, lagi pula dia pasti bisa melakukannya sendiri.” Ucapku.
“Apa
kau tahu kakakmu sudah punya kekasih atau belum?.” Tanyanya sedikit berbisik.
Aku
terkejut dengan pertanyaannya, kalau saja bisa aku akan menjawab ‘ya, dia sudah
punya kekasih dan itu aku’, Evelyn memandangiku sepertinya dia berharp William
blm memilikki sorang kekasih, “Kurasa dia belum punya kekasih.” Aku sedikit
menekan kata ‘belum’.
Wajah
Evelyn berubah menjadi merah merona –sedangkan hatiku seperti tertusuk jarum.
Sepanjang jalan Evelyn hanya terseyum sendiri, dan aku hanya bisa mengerutkan
bibir karena aku tahu yang ada dipikirannya –pergi bersama William berdua dan
kemudian William melamar Evelyn, huh! Itu membuatku ingin membunuhnya.
Aku
pikir hari ini akan menjadi hari yang menyenangkan, tetapi pada kenyataannya
ini justru menjadi hari yang paling menyebalkan –mengetahui Evelyn menyukai
kekasihku. Sepanjang malam aku hanya mengurung diriku didalam rumah –menutup
pintu rapat-rapat dan tak membukakan pintu untuk siapapun. Sebuah tape tua menemani malamku, kusetel lagu
favoritku –clair de lun, hanya lagu itu yang bisa menenangkan hatiku.
Kota
yang sepi kini berganti menjadi ramai, matahari sudah menyinari bumi ini. Malas
juga rasanya ergi kesekolah, ingin rasanya aku hanya dirumah tanpa keluar rumah
sama sekali.
“Hey cepat sekolah !.” suruh sebuah
suara. Itu William, kami telah terkoneksi kembali.
“Aku capek.” Kataku manja.
“Sudahlah, kalau kau tak sekolah aku akan
mengambil semua CD-mu!.” Ancam William.
“Selalu saja kau mengancamku.” Gerutuku.
“Besok sore, kemungkinan kami akan sampai.”
Katanya memberitahu.
Suasana
hatiku berubah seketika, “Kau dan Charlie?.”
“Yeah, memang siapa lagi?.”
“Aku akan menyiapkan segala keperluannya.”
Kataku bersemangat.
“Yeah itu tugasmu, tapi kau hanya perlu
menyiapkan kamarnya saja.” Aku mendengarkan dengan baik, “Aku sudah mendaftarkannya ke SD didekat
sekolahmu.” Sambunya.
“Ok, aku mengerti.” Jawabku.
Hari
ini untuk pertama kalinya, aku berangkat sekolah menggunakan sepedah –walau ini
milik Evelyn. Sekolah masih sepi ketika aku masuk kearea parker –hanya ada
sekitar lima buah mobil yang ada disini. Aku berjalan pelan –lebih pelan dari
biasanya, tanganku penuh dengan buku-buku.
“Hai
Renee !.” sapa seseoarang, aku mendongak kenapa harus dia lagi? “Kau perlu
bantuan?.” Tawar Ted.
“Tak
perlu.” Jawabku singkat sambil berlalu, Ted terus mengikutiku –sambil mengoceh
tentunya.
Dan
yang bisa membebaskanku darinya adalah Mr. Wilson –dia menyuruhku cepat masuk.
“Sampai ketemu nanti istirahat ya.” Ucapnya sebelum pergi.
Baru
kali ini aku berharap pelajaran tak cepat usai, tapi situasi berkata lain aku
merasa baru saja aku duduk tapi tiba-tiba saja bel berbunyi. Semua murid
berhamburan keluar menuju cafe, dan aku melawan arus menuju perpustakaan.
“Cari
buku lama?.” Tanya penjaga perpustakaan ramah.
“Ya.”
Setiap aku kesana, aku selalu mencari buku-buku lama. Awalnya Vera bingung
–remaja sepertiku mencari buku lama, tapi kemudian dia terbiasa juga.
“Ini
aku baru menemukannya.” Dia menyerahkan sebuah buku yang covernya sudah hamper
robek. Wuthering heights buku ini
memang sedang aku cari ceritanya sangat menarik sehingga aku sudah berkali-kali membacanya.
Aku
duduk diujung ruangan –bermaksud agar tak ada yang memperhatikan, tetapi
sepertinya hanya ada satu orang yang melihatku. Aku bergegas merapihkan
buku-bukuku.
“Hey
mau kemana?.” Cegah Ted, memegang tanganku.
“Lepaskan
! aku ada kelas sekarang.” Bentakku.
“Sekarang
kau sudah tak bisa lari dariku.” Ucapnya.
“Lepaskan!.”
Kataku, aku menatapnya tajam. Berkonsentrasi memandangnya, dan seketika saja
pot-pot bunga berjatuhan menimpanya –membuat ted tidak sadarkan diri. Aku
berlari keluar, untung saja disekitar perpustakaan sepi.
“Renee!.”
Panggil seseorang, aku menengok Evelyn setengah berlari kearahku, “Dari mana
saja kau?.” Tanyanya.
“Aku
tadi dari taman belakang.” Dalihku.
“Yasudah
cepat kelas sudah mau dimulai.” Ucapnya.
Hari
ini sekolah menjadi heboh –Vera menemukan Ted diperpustakaan dengan luka parah,
sebuah ambulanc terpakir didekat pintu masuk dan Ted dibawa masuk kedalam
ambulan tersebut. Dan Mr. James memutuskan untuk membubarkan sekolah agar tidak
ada kejadian yang serupa.