Selasa, 18 Desember 2012

MACAM-MACAM CINTA

Cinta Cinta Cinta..... satu kata penuh makna...
semua manusia pasti membutuhkan cinta. karena Cinta adalah anugerah yang diberikan oleh Allah kepada semua umat manusia. Cinta bukan hanya untuk lawan jenis saja atau pasangan kita, tetapi Cinta bisa diberikan kepada Orang tua, Sahabat, Keluarga, dan teman. Namun setiap kita menyebutkan kata CINTA semua orang pasti mengartikannya sebagai Cinta kepada pasangan kita atau gebetan kita.

Well pagi hari ini aku mau berbagi tentang macam-macam Cinta. menurutku tentunya :D Happy Reading all ;)

1. CINTA SEJATI
    Banyak pasangan yang bilang "Dia Cinta Sejatiku." Tak berapa lama kemudian mereka putus, itu bukan Cinta Sejati namanya. Yang namanya CINTA SEJATI  itu adalah Cinta yang bertahan sampai akhir hayat, bahkan biarpun pasangan kita telah tiada kita masih mempertahankan Cinta tersebut. CINTA SEJATI tak akan menyakiti pasangannya, tak akan mencampakkannya. Menurutku CINTA SEJATI itu hanya untuk Allah dan Orang tua saja, karena hanya kepada mereka-lah Cinta kita tak ada batasnya.

2. CINTA MONYET
    Cinta Monyet atau bisa juga dibilang Cinta Sementara, biasanya melanda anak-anak usia remaja, tetapi Cinta Monyet juga bisa melanda kakak-kakak kita yang sudah duduk di Universitas, tetapi akhir-akhir ini aku sering mendapati Cinta Monyet melanda anak kecil usia TK dan SD. Biasanya Cinta Monyet ini bertahan hanya beberapa bulan saja. Setelah mengalami badai percintaan, ya seperti cemburu buta, atau orang ketiga, mereka putus setelah itu Move On. Itu yang dinamakan Cinta Monyet.

3. CINTA DALAM HATI
    "Mungkin ini memang jalan takdirku, mengagumi tanpa dicintai....." Pada tau kan petikkan lirik lagu tadi? Yup betul, itu Cinta Dalam Hati-nya Ungu. Lagu tersebut sangat cocok untuk mewakilkan perasaan orang-orang yang mengalami Cinta Dalam Hati. Cinta jenis ini agak mengenaskan, kenapa mengenaskan? yeah, karena orang ini hanya bisa memendam perasaannya tanpa bisa mengungkapkannya. Apabila orang yang ia sayangi lebih memilih orang lain, tak ada cara lain ia hanya akan bisa menelan kekecewaan, dan berusaha bersikap seolah-olah tak terjadi apa-apa.

4. CINTA BERTEPUK SEBELAH TANGAN
    Cinta yang ini mengenaskan kedua setelah Cinta Dalam Hati menurutku tentunya. Kenapa demikian? well, karena Cinta ini tak dapat balasan dari orang yang kita sayang. Bahkan parahnya orang yang kita sayangi bisa jadian dengan orang lain. Tetapi dalam Cinta ini kita masih bisa mengungkapkan perasaan kita.

5. CINTA BUTA.
    Cinta ini lebih berbahay dari Cinta yang lainnya. Sebab apabila seseorang sudah memasuki taraf Cinta Buta, mereka bisa melakukan hal-hal diluar nalar. Contohnya saja, mereka bisa terjun dari jurang yang dalam banget demi pasangannya, atau mereka bisa saja main dukun saking dia Cintanya sama orang itu. Well, untuk kalian yang sudah memasuki tahapan ini, aku saranin untuk segera pergi ke Psikiater..

Segitu saja, kalian udah pada ngerti kan? Jadi termasuk kedalam yang mana Cinta kalian??
Peace and love from Widya :*



Sabtu, 03 November 2012

RENEE "THE DAY WITHOUT YOU." .part V


Untung saja hari ini weekend jadi aku hanya perlu menyibukan diriku, tanpa harus melamun memandang keluar jendela sekolah dan kesepian. Rencananya hari ini aku akan pergi bersepeda –bersama Evelyn, mengelilingi kota. Evelyn dengan suka rela meminjamkan sepedahnya kepadaku dan menjadi tourguideku –walaupun aku masih hapal seluk beluk kota ini.
“Aku belum melihat kakakmu pagi ini.” Ucap Evelyn tiba-tiba, ketika kami sedang beristirahat disebuah taman.
“Dia pergi.” Kataku.
“Pergi kemana?.” Tanyanya kaget, kenapa Evelyn apa dia suka William?, batinku.
“Dia pergi ke Texas.” Evelyn melihatku penasaran, “Ada urusan penting yang harus diselesaikan.” Sambungku.
“Kenapa kau tak ikut?.”
“Itu bukan urusanku, lagi pula dia pasti bisa melakukannya sendiri.”  Ucapku.
“Apa kau tahu kakakmu sudah punya kekasih atau belum?.” Tanyanya sedikit berbisik.
Aku terkejut dengan pertanyaannya, kalau saja bisa aku akan menjawab ‘ya, dia sudah punya kekasih dan itu aku’, Evelyn memandangiku sepertinya dia berharp William blm memilikki sorang kekasih, “Kurasa dia belum punya kekasih.” Aku sedikit menekan kata ‘belum’.
Wajah Evelyn berubah menjadi merah merona –sedangkan hatiku seperti tertusuk jarum. Sepanjang jalan Evelyn hanya terseyum sendiri, dan aku hanya bisa mengerutkan bibir karena aku tahu yang ada dipikirannya –pergi bersama William berdua dan kemudian William melamar Evelyn, huh! Itu membuatku ingin membunuhnya.
Aku pikir hari ini akan menjadi hari yang menyenangkan, tetapi pada kenyataannya ini justru menjadi hari yang paling menyebalkan –mengetahui Evelyn menyukai kekasihku. Sepanjang malam aku hanya mengurung diriku didalam rumah –menutup pintu rapat-rapat dan tak membukakan pintu untuk siapapun. Sebuah tape tua menemani malamku, kusetel lagu favoritku –clair de lun, hanya lagu itu yang bisa menenangkan hatiku.
Kota yang sepi kini berganti menjadi ramai, matahari sudah menyinari bumi ini. Malas juga rasanya ergi kesekolah, ingin rasanya aku hanya dirumah tanpa keluar rumah sama sekali.
Hey cepat sekolah !.” suruh sebuah suara. Itu William, kami telah terkoneksi kembali.
Aku capek.” Kataku manja.
Sudahlah, kalau kau tak sekolah aku akan mengambil semua CD-mu!.” Ancam William.
Selalu saja kau mengancamku.” Gerutuku.
Besok sore, kemungkinan kami akan sampai.” Katanya memberitahu.
Suasana hatiku berubah seketika, “Kau dan Charlie?.”
Yeah, memang siapa lagi?.
Aku akan menyiapkan segala keperluannya.” Kataku bersemangat.
Yeah itu tugasmu, tapi kau hanya perlu menyiapkan kamarnya saja.” Aku mendengarkan dengan baik, “Aku sudah mendaftarkannya ke SD didekat sekolahmu.” Sambunya.
Ok, aku mengerti.” Jawabku.
Hari ini untuk pertama kalinya, aku berangkat sekolah menggunakan sepedah –walau ini milik Evelyn. Sekolah masih sepi ketika aku masuk kearea parker –hanya ada sekitar lima buah mobil yang ada disini. Aku berjalan pelan –lebih pelan dari biasanya, tanganku penuh dengan buku-buku.
“Hai Renee !.” sapa seseoarang, aku mendongak kenapa harus dia lagi? “Kau perlu bantuan?.” Tawar Ted.
“Tak perlu.” Jawabku singkat sambil berlalu, Ted terus mengikutiku –sambil mengoceh tentunya.
Dan yang bisa membebaskanku darinya adalah Mr. Wilson –dia menyuruhku cepat masuk. “Sampai ketemu nanti istirahat ya.” Ucapnya sebelum pergi.
Baru kali ini aku berharap pelajaran tak cepat usai, tapi situasi berkata lain aku merasa baru saja aku duduk tapi tiba-tiba saja bel berbunyi. Semua murid berhamburan keluar menuju cafe, dan aku melawan arus menuju perpustakaan.
“Cari buku lama?.” Tanya penjaga perpustakaan ramah.
“Ya.” Setiap aku kesana, aku selalu mencari buku-buku lama. Awalnya Vera bingung –remaja sepertiku mencari buku lama, tapi kemudian dia terbiasa juga.
“Ini aku baru menemukannya.” Dia menyerahkan sebuah buku yang covernya sudah hamper robek. Wuthering heights buku ini memang sedang aku cari ceritanya sangat menarik  sehingga aku sudah berkali-kali membacanya.
Aku duduk diujung ruangan –bermaksud agar tak ada yang memperhatikan, tetapi sepertinya hanya ada satu orang yang melihatku. Aku bergegas merapihkan buku-bukuku.
“Hey mau kemana?.” Cegah Ted, memegang tanganku.
“Lepaskan ! aku ada kelas sekarang.” Bentakku.
“Sekarang kau sudah tak bisa lari dariku.” Ucapnya.
“Lepaskan!.” Kataku, aku menatapnya tajam. Berkonsentrasi memandangnya, dan seketika saja pot-pot bunga berjatuhan menimpanya –membuat ted tidak sadarkan diri. Aku berlari keluar, untung saja disekitar perpustakaan sepi.
“Renee!.” Panggil seseorang, aku menengok Evelyn setengah berlari kearahku, “Dari mana saja kau?.” Tanyanya.
“Aku tadi dari taman belakang.” Dalihku.
“Yasudah cepat kelas sudah mau dimulai.” Ucapnya.
Hari ini sekolah menjadi heboh –Vera menemukan Ted diperpustakaan dengan luka parah, sebuah ambulanc terpakir didekat pintu masuk dan Ted dibawa masuk kedalam ambulan tersebut. Dan Mr. James memutuskan untuk membubarkan sekolah agar tidak ada kejadian yang serupa.

Sabtu, 27 Oktober 2012

RENEE "THE TRUTH". pat III

haiiiiii....
aku balik lagi setelah UTS yang melelahkan. ga perlu tau deh hasilnya gimana, aku males ngebahasnya juga hahahaha
eh iya sebenernya aku mau bikin cerpen tentang Harry Potter gitu, gara-gara si Arin, ceritanya sih udah kebayang. tapi lagi males ngetiknya. ini aja project aku belum selsai-selsai, kapan ya selsai?? -,- doain aja ya semoga cepet selsai.. oke curhatnya segitu dulu.. sekarang aku mau post lanjutan fanfict Twiga yang kemarin. enjoy it :)



Aku duduk terdiam diteras rumah, memandang kehalaman –sekarang bunga-bunga sudah bermekaran dengan indah. Kalau dipikir-pikir lagi, nama Renata memang banyak, tapi untuk Evelyn kenapa aku merasa aneh, ada sesuatu hal yang mengganjal dihatiku, sesuatu yang bahkan aku tak tahu apa itu.
“Kau sedang memikirkan apa?.” Tanya William tiba-tiba.
Aku melihatnya ragu, “Kau tahu, nama kecilku dulu ada Renata.” Kataku.
“Lalu apa yang membuatmu bingung?.” William duduk disebelahku.
“Entah, akupun tak tahu. Tapi sepertinya ada sesuatu yang harus aku ketahui.” Kataku berdiri.
“Mau kemana kau?.” Tanya William.
“Kerumah Evelyn.” Sahutku.
“Aku ikut.”
“Baiklah.” Kataku.
Kami berjalan menuju rumah diujung jalan –aku mempercepat jalanku dari pada biasanya. Kami sudah sampai didepan rumah tersebut, William memencet bel, tetapi aku hanya bisa menunggu dengan tidak sabar.
Seorang wanita membukakan pintu, “Hai kalian William dan Renee, kan?.” Tanya Mala.
“Ya Mrs. Lestrenge.” Jawab William.
“Ada perlu apa ya?.”
“Aku ingin bertemu Evelyn.” Kataku.
“Baiklah akanku panggilkan dia.” Mala masuk kedalam rumah, sedangkan kami duduk didepan teras.
Tak berapa lama kemudian Evelyn muncul, “Hai Renee.” Sapanya, “Dan kau pasti William.” William tersenyum.
“Evelyn, kau bilang namamu tengahmu adalah Renata, yakan?.” Tanyaku.
“Yeah, semua keluargaku menggunakan nama itu.” Katanya menjelaskan.
Sepertinya itu bukan hanya kebetulan –tidak mungkin jika dalam satu keluarga menggunakan nama yang sama, dan hatiku berkata ada sesuatu yang aneh.
“Semua keluargamu menggunakan nama itu?.” Evelyn mengangguk heran.
“Ya, memangnya kenapa?.”
“Tidak apa-apa, aku hanya heran kenapa keluargamu bisa menggunakan nama itu?.” Tanyaku, berusaha terlihat tenang.
“Hmm mungkin ibuku bisa menjelaskannya.” Katanya, “Sebentar akan aku panggilkan dulu.” Evelyn masuk kedalam rumah.
Kenapa dengan nama itu?.” Tanya William.
Aku hanya heran saja, kenapa mereka menggunakan nama itu.” Jawabku.
Tapi didunia ini ada sekitar satu juta lebih yang menggunakan nama itu.”
Entahlah Will, aku hanya merasakan sesuatu saja.”
Evelyn dan ibunya datang dengan membawa sebuah album foto, “Kalian ingin tahu mengapa kami menggunakan nama ‘Renata’?.” Aku mengangguk semangat. “Namaku Mala Renata Stimpson, dan nama nenekku Jasmie Renata Stimpson, aku sempat bertanya kepada nenekku, mengapa kami –para perempuan, menggunakan nama ‘Renata’.” Mala mulai bercerita.
Mala membuka album yang dibawanya, “Dia nenekku.” Katanya menunjuk seorang wanita difoto tersebut, “Katanya nama ‘Renata’ tersebut adalah permintaan langsung dari kakek buyutku. Menurut nenekku Renata adalah gadis yang disayangi kakekku.” Mala menunjuk seorang laki-laki, yang mukanya seperti aku kenal.
Romi.” Kataku, kurasa William hanya melihatnya sekilas.
“Walaupun dia sudah menikahi Jane, tapi hatinya masih tetap untuk gadis itu.” Jane? Dia teman kerjaku, tapi dia tak pernah cerita bahwa dirinya menyukai Romi.
“Lalu apa yang terjadi pada kakek buyutmu?.” Tanya William.
“Pernikahan mereka tidak bertahan lama, setelah lima tahun menjalani pernikahan Jane meninggalkan kakekku –hanya meninggalkan Key. Dan pada saat krisis moneter melanda dia sering sakit-sakitan dan akhirnya wafat.”  Rasanya aku ingin menangis.
Apa kau menyesal mendengar  cerita ini?.” Tanya William.
Aku tak pernah menyesali apa yang menimpaku.” Sahutku.
“Jadi begitulah ceritanya.” Mata Mala sudah memerah, “Kalau boleh aku tahu, kenapa kau menanyakan ini?.” Tanya Mala.
“Aku hanya penasaran saja.” Jawabku asal.
“Yasudahlah kami harus segera pulang.” Kata William. Kami pun berpamitan, dan berjalan pulang.
Dari kepulangan kami tadi sore, aku dan William hanya berdiam diri –tak saling sapa. Mungkin dia marah karena aku masih mengingat Romi.
“William.” Panggilku, William hanya menengok, “Hmm aku minta maaf ya.” Kataku.
“Minta maaf untuk pa?.” Tanyanya.
“Aku sudah mengingat-ingat Romi lagi.” Kataku menyesal.
“Sudahlah, lagi pula kita tidak bisa menghilangkan kenangan kita, yakan?.” William Masih sibuk membaca bukunya.
Aku mendekatinya, dan mengambil bukunya, “Kau memaafkanku?.” Tanyaku –memasang muka memelas.
“Aku selalu memaafkanmu.” Kini William sudah berdiri dihadapanku. “Aku hanya tidak mau kau meninggalkanku.” Ucapnya, memelukku.
Aku membalas pelukkannya, “Aku takakan pernah meninggalkanmu.” Toh memang hanya ada dia dihidupku sekarang.

Sabtu, 20 Oktober 2012

RENEE "NEW SCHOOL....NEW FRIEND". part II

hai hai haiiiiiiii..............
aku kembali lagi, mau bawa cerita lanjutan yang waktu itu..
enjoy it guys :)


Dan hari ini aku kembali lagi ke Venezuela, untuk yang kesekian kalinya –setelah perbuhanku tentunya. William membelokkan setir, menuju sebuah jalan yang cukup terpencil –hanya ada tiga rumah disini. Salah satunya –yang paling besar, terletak dipinggir sebelah kanan jalan, bersebelahan dengan sebuah rumah bercat putih. William memberhentikan mobil diujung gang –disini terdapat sebuah rumah yang semua interiornya terbuat dari kayu.
“Home sweet home.” Ucap William, ketika kami berdiri didepan rumah tersebut –William merangkul pingganku.
Rumah ini sangat sederhana –hanya ada dua lantai, William menjelaskan padaku dia tidak ingin membeli rumah yang begitu mewah karena dia tidak ingin menarik perhatian orang banyak, sedangkan dia tidak ingin hidup didalam hutan yang jauh dari kehidupan social –kami sudah terbiasa hidup berdampingan dengan manusia, lagipula kami tidak meminum darah manusia, kami hanya meminum darah binatang dan aku menyebutnya vampire vegetarian.
Kamarku terletak dilantai dua, bersebelahan dengan kamar William –sebenarnya kami tidak membutuhkan kamar karena kami tidak tidur sama sekali! Kamarku tidak terlalu luas hanya berisikan sebuah sofa, sebuah lemari pakaian dan sebuah lemari buku disebrang sofa. Aku menaruh baju-bajuku dan menata beberapa buku dirak.
Aku turun kebelakang rumahku. Taman belakang rumah ini sangat mengenaskan, beberapa bungga sudah layu bahkan ada yang sudah mati. Aku mendekati salah satu dari bunga tersebut yang hamper mati –memegang dan menatapnya. Beberapa saat kemudian bunga tersebut kembali tumbuh dengan indahnya –itulah salah satu kelebihanku.
“Bunga itu tak seindah dirimu.” Ucap William –memelukku dari belakang.
“Ah kau ini.” Kataku malu-malu.
Tiba-tiba saja William melepaskan pelukkannya -tatapannya memendang jauh kedepan, tubuhnya mengejang.
“Kau lihat apa?.” Tanyaku –kelebihan William adalah melihat masa depan.
“Sepasang kekasih, berjalan kearah kita.” Jawabnya –masih memandang kejalan. Aku mengikuti arah pandangnya, benar sepasang kekasih sedang berjalan kearah kami.
William sudah berhenti mengejang, aku hanya bisa berdiri menatap mereka. Sekelebat kata-kata melewati pikiranku. Nick dan Mala Lestrenge tinggal disebuah rumah diujung jalan ucapku kepada William melalui pikiran –kami saling terkoneksi.
Mereka berdiri dihadapan kami, tersenyum ramah. “Hai tetangga, perkenalkan saya Mala dan ini suami saya Nick.” Ucapnya memperkenalkan diri, mereka belum terlalu muda mungkin sekitar tiga puluh tahun.
Aku tersenyum, “Saya William dan ini Renee.” Aku tersenyum.
“Kalian….” Mala tidak melanjutkan kata-katanya melainkan menatap kami dengan tatapan curiga.
“Dia kakakku.” Kataku ramah. Hahaha kakak?? Ucap William tertawa.
“Lalu kau akan berkerja dimana?.” Tanya Nick kepada William.
“Saya berkerja dirumah sakit sebagai dokter.” Balas William –karena pekerjaan itulah William bisa bertahan dengan bau darah manusia.
“Dan bagaimana denganmu?.” Tanya Mala
“Aku akan bersekolah di SMA.” Jawabku –untuk yang kesekian kalinya.
“Mungkin kau akan satu sekolah dengan anakku.” Katanya semangat.
“Aku berharap begitu.” Ya setidaknya aku berusaha baik.
Bulan begitu cepat berganti dengan matahari –walaupun sinarnya masih redup karena tertutup awan mendung, aku sudah bersiap pergi kesekolah –memakai kaos coklat panjang dengan sweater putih dan celana jeans coklat dan sepatu cats faforitku, sedang kan rambutku kubiarkan saja tergerai indah dan mukaku kubiarkan polos –toh aku memang tak memperlukan make-up yang tebal. William sudah menungguku didalam mobil –seperti biasa dia sudah menggunakan seragam dokternya, aku masuk dan duduk disebelahnya.
“Siap untuk sekolah baru?.” Tanya William.
“Aku selalu siap.” Jawabku singkat.
William menjalankan mobilnya –jalanan masih sangat sepi. Rintik-rintik hujan sudah mulai turun, ketika kami sudah sampai didepan gerbang sekolah. William menatapku –dia merogoh sakunya, tanganya mendekati rambutku, kemudian memasangkan sebuah jepit rambut yang indah –tiga buah manic-manik Kristal menghiasi japit rambut tersebut, dia mengecup keningku, aku hanya bisa tersenyum.
Aku memparhatikan William menghilang dalam keramaian –sudah mulai ramai disini. Seklebat kata-kata bermunculan dipikiranku –risih juga jika kita tau siapa yang ada dihadapan kita. Seorang wanita berjalan kearahku dan nama.a muncul dipikiranku. Evelyn renata lestrenge putrid dari Nick dan Mala lestrenge.
“Hai, kau pasti Renee.” Sapanya, aku tersenyum. “Perkenalkan aku Evelyn.” Katanya, menjulurkan tangan.
Aku menyambut tangan Evelyn, “Hai Evelyn.” Balasku.
“Kemarin ibuku bilang, kau adalah tetangga baru dankau satu sekolah denganku.” Kesan pertama yang kudapat darinya adalah dia seperti ibunya –periang dan cepat membaur.
“Ya, dia juga sudah bilang padaku.” Kataku.
“Apa kelas pertamamu?.” Tanyanya penuh harap bahwa dia akan satu kelas denganku.
“Hmm.” Aku membuka secarik kertas yang kutaruh disaku celana, “Biologi.” Kataku setelah selesai membaca.
Muka evelyn tampak senang, “Kita sekelas!.” Pekiknya senang, “Ayo kita kekelas sebelum bel masuk!.” Dia menarik tanganku.
Bosan juga harus mengulang pelajaran yang sudah kita pelajari berkal-kali. Metaphase seumur hidupku menjadi vampire aku sudah mempelajarinya. Aku benar-benar tak memperhatikan ketika Mr. Wilson menerangkan.
Sayang, perhatikan pelajaranmu!.” Ucap William jahil –lewat pikiranku tentunya.
Aku bosan, berkali-kali aku sudah mempelajari ini.” Keluhku –begitulah kegiatanku kalau sudah bosan.
Hahahaha, makanya kau cepatlah dewasa.” Katanya.
Kau bercada! Sudahlah urus saja pasien-pasienmu!.” Ucapku sedikit marah. William tertawa, tapi kemudian dia diam saja, “Ada apa?.” Tanyaku khawatir.
Apa yang dimaksud dengan metaphase?.” Jawabnya.
Tiba-tiba, sekelebat bayangan muncul dipikiranku “Mr. Wilson!.” Pekikku –guru biologiku, umurnya empat puluh tahun tapi muka.a masih terlalu muda, badannya tinggi dan tegap.
“Mrs. Smith, apa kau memperhatikanku?.” Tanyanya, mungkin karena sedari tadi aku hanya memandang aliran air dijendela.
“Ya sir.” Jawabku meyakinkan.
“Kalau begitu apa yang dimaksud dengan metaphase?.” Tanyanya.
“metaphase adalah tahap mitosis eukariotik siklus sel di mana kental & sangat melingkar kromosom , membawa informasi genetic.” Aku menjawab –William sedari tadi memberika jawabannya, tapi aku tidak mendengarkan William –aku sudah terlalu hapal.
“Bagus!.” Pujinya, “Tapi jangan terlalu banyak melamun!.” Mr. Wilson berjalan kearah papan tulis, mulai menerangkan –dan aku mulai dengan kegiatanku mengobrol dengan William.
Bel istirahat berbunyi, diluar sudah sangat ramai. Semuanya berduyun-duyun pergi kekantin –tidak untukku aku tidak berminat pergi kesana karena aku memang tidak akan makan.
“Renee kekantin yuk!.” Ajak Evelyn.
“Ok.” Kataku sedikit malas.
Kantin sudah sangat ramai, evelyn mengambil makanannya –tapi aku duduk dipojok kantin. Memperhatikan orang-orang yang berlalu lalang melewatiku, tanpa aku tanya nama mereka aku sudah tahu siapa mereka dan dimana mereka tinggal mereka.
“Kau tidak makan?.” Tanya Evelyn.
“Aku tidak terbiasa makan makanan luar rumah.” Aku menjawab –selalu itu alasanku jika diajak makan.
Evelyn menatap bukuku, “Renata?.” Aku menatapnya –Renata adalah nama kecilku, “Kau tahu namaku juga Renata, Evelyn renata lestrenge.” Katanya semangat.
“Waw kebetulan yang sangat mengejutkan.” Kataku berusaha terkejut.
Hari berjalan begitu cepat, bel pulang terdengar dipenjuru sekolah. Aku dan Evelyn berjalan keluar, masih membicarakan tentang tugas drama kami –sebelum pulang Mr. Brown memberikan kami tugas drama. Sebuah Porsche silver bertengger didekat gerbang, itu William dia menjemputku? Padahal dia bilang dia sibuk.
Kau bilang kau sibuk sehingga tidak bisa menjemputku.” Kataku protes.
Maaf aku hanya ingin memberi kejutan.” Jawabnya, “Sudah, ayo cepat pulang!.” Perintahnya.
“Evelyn maaf aku tidak bisa pulang denganmu, kakakku sudah menjeput.” Kataku.
“Oh ok takapa.” Katanya.
Aku berjalan mendekati mobil, membuka pintu dan duduk disampingnya. Dia terseyum melihatku, aku tak bisa berbuat apapun selain ikut tersenyum juga.